Doha, Sumselraya – Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, menegaskan bahwa peringatan dari Amerika Serikat terkait serangan Israel datang terlambat. Menurutnya, informasi baru diterima Qatar 10 menit setelah serangan terjadi.
“Serangan itu jelas berbahaya, dan Qatar berhak memberikan respons atas tindakan terang-terangan tersebut,” ujar Al-Thani, Rabu (10/9).
Ia menambahkan, tim hukum telah disiapkan untuk menindaklanjuti langkah diplomatik maupun hukum terkait insiden itu.
Meski mengecam keras Israel, Qatar tetap berkomitmen menjalankan perannya sebagai mediator gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Al-Thani menegaskan bahwa mediasi merupakan bagian dari identitas politik Qatar. Namun, ia menyebut serangan terbaru Israel telah menghancurkan peluang perdamaian.
“Setelah apa yang terjadi hari ini, saya tidak melihat ada validitas dalam perundingan,” imbuhnya.
Ia juga menuding Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjalankan praktik terorisme negara.

Hal senada disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, yang membantah klaim Gedung Putih. Menurutnya, peringatan dari AS baru diterima bersamaan dengan suara ledakan akibat serangan Israel di Doha.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengakui bahwa peringatan tersebut memang terlambat. Ia menyebut telah memerintahkan Utusan Khusus Steve Witkoff untuk menghubungi Qatar, namun komunikasi itu tidak sempat mencegah serangan.
Trump juga meminta Menteri Luar Negeri Marco Rubio segera merampungkan perjanjian kerja sama pertahanan dengan Qatar. (*red)